Keberadaan pengamen jalanan sering kali dianggap sebagai sampah masyarakat, karena masyarakat merasa sering terganggu dengan keberadaan mereka yang terkadang berlalu-lalang di perempatan lalu-lintas maupun pinggir jalan. Kami ingin menunjukkan bahwa kelompok pengamen di kawasan Malioboro Yogyakarta memiliki ciri khas yang menjadikannya industri kreatif disektor informal. Kelompok pengamen tersebut termasuk ke dalam generasi milenial dengan usia rata-rata di bawah 35 tahun serta pengguna aktif media sosial. Ciri khas dari kelompok pengamen tersebut menggunakan berbagai alat musik yang dibuat dengan kreativitas. Cara pementasan yang membuat penampilan ini berbeda dengan pengamen lainnya yaitu adanya pembagian jam pentas, adanya persiapan, penggunaan kostum dan kolaborasi dengan penari tradisional. Kelompok pemain tersebut menampilkan pertunjukan, dengan membawakan lagu-lagu populer yang dikemas dengan berbagai variasi tanpa meninggalkan unsur budaya lokal. Mereka juga memanfaatkan media sosial seperti Instagram dan Youtube sebagai ajang untuk mempromosikan budaya dan bisnis dalam bentuk tawaran mengisi acara di berbagai tempat. Berbagai hal inilah yang membuat pengamen di Malioboro terlihat berkualitas dan dapat mengubah stigma masyarakat pada pengamen sebelumnya. Perbedaan dan keunikan yang ditunjukkan oleh pengamen di kawasan Malioboro menunjukkan bahwa pekerjaan tersebut merupakan sektor industri kreatif berbasis seni dan budaya. Sektor ini berkolaborasi dengan Dinas Pariwisata Yogyakarta karena adanya perizinan serta peraturan yang harus disepakati antara pengamen dan Dinas Pariwisata. Berbagai bentuk kreativitas kelompok pengamen Malioboro ini menjadi potensi industri kreatif yang diharapkan mampu mengoptimalkan generasi milenial untuk mewujudkan generasi emas yang kreatif, produktif serta berkualitas ditahun 2045.

Kata Kunci: Industri Kreatif, Inovasi Kelompok Pengamen, Organisasi, Media Sosial

Diterbitkan: 2021-06-01