Artikel ini berfokus pada apa yang disebut sebagai “brutalisasi” terorisme. Tesis brutalisasi, sebagai bagian dari konsep teoretis yang lebih luas mengenai “terorisme baru”, berpendapat bahwa “terorisme baru” lebih brutal dibandingkan dengan “terorisme lama.” Banyak sarjana mengklaim bahwa serangan 9/11 menandai awal dari era baru terorisme yang telah mengangkat terorisme internasional maupun domestik ke tingkat kebrutalan kekerasan yang baru. Namun, pihak lain berpendapat bahwa proses ini sebenarnya sudah dimulai sejak awal 1990-an. Setelah membahas kemungkinan cara untuk mengoperasionalisasikan konsep brutalisasi terorisme—misalnya dengan berfokus pada bom bunuh diri atau serangan teroris terhadap soft targets (sasaran empuk)—artikel ini menguji kredibilitas empiris dari tesis brutalisasi dengan mempertimbangkan kedua titik awal potensial tersebut. Data dari Global Terrorism Database (GTD) menunjukkan bahwa hanya tiga dari sembilan indikator yang meningkat secara signifikan selama tahun 1990-an. Hal ini sebagian mendukung gagasan adanya brutalisasi secara umum, sementara meningkatnya jumlah serangan bunuh diri dan pemenggalan kepala setelah 9/11 mendukung gagasan adanya perubahan kualitatif dalam terorisme dan kebrutalannya, yang berkaitan dengan upaya memaksimalkan perhatian media dan publik. Namun demikian, perkembangan ini terbatas secara regional, dan kebrutalan dari “terorisme baru” ini hanya melampaui tingkat yang dikenal dari puncak “terorisme lama” pada tahun 1970-an dan 1980-an dalam beberapa kasus saja.
Kata kunci: Brutalisasi; Global Terrorism Database (GTD); Pemenggalan Kepala; Sasaran Empuk; Serangan Bunuh Diri; Terorisme Baru;
Diterbitkan: 2016-11-01