Mata pencaharian nelayan dapat dijadikan tumpuan ekonomi bagi rumah tangga nelayan di samping pekerjaan di sektor pertanian. Meskipun pendapatan yang dihasilkan nelayan di sekitar Pantai Ngrenehan saat ini belumlah cukup menggembirakan. Namun demikian pekerjaan di sektor perikanan mampu menjadi alternatif lain dari sektor pertanian yang lebih menguntungkan. Untuk menutupi kebutuhan rumah tangga, maka istri nelayan biasanya turut serta dalam aktivitas perikanan. Aktivitas yang dilakukan oleh istri nelayan adalah berjualan ikan hasil tangkapan dan membuka warung-warung makan di sekitar pantai. Pendapatan istri nelayan biasanya jauh lebih tinggi daripada suami mereka, saat sepi saja rata-rata pendapatan istri nelayan Rp. 20.000,- hingga Rp. 30.000,- perhari, namun ketika hari libur seperti Sabtu dan Minggu serta hari libur nasional pendapatan mereka jauh lebih banyak. Sementara suami mereka setiap kali selesai melaut hanya memperoleh upah pendapatan rata-rata Rp. 50.000,-, apalagi kalau hasil tangkapan ikannya hanya sedikit sekali mereka tentunya akan lebih merugi. Besarnya kontribusi peran publik perempuan tidaklah mengurangi peran domestiknya, curahan waktu perempuan di sektor domestik dan publik menunjukkan rata-rata: perempuan mencurahkan waktu 13-15 jam sehari untuk melakukan pekerjaan domestik dan publik sekaligus. Sementara curahan waktu laki-laki sebanyak ± 8-10 jam sehari, bila diasumsikan laki-laki hanya bekerja di sektor publik dan tidak terlibat dalam pekerjaan domestik. Dengan demikian peran gender dalam rumah tangga masih nampak orientasi pada bias gender, sehingga perlu adanya penyadaran gender agar dapat terwujud kemitrasejajaran antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga. Hal ini berguna untuk mengembangkan potensi sumberdaya yang dimiliki baik laki-laki maupun perempuan.
Kata kunci: peran gender, kemitrasejajaran laki-laki perempuan, dan ekonomi rumah tangga
Published: 2025-05-08